Thursday, March 15, 2012

Ketika "Suku" Menjadi Syarat dalam Menentukan Pasangan Hidup

"Nek bunda yo terserah ae nduk... seng penting se-iman, arep wong opo ae seng penting apik. Tapi mbok yo nek iso seng jowo ae toh nduk....."

Kalimat di atas adalah satu kalimat yang acap kali terlontar dari bundaku ketika kami sedang membicarakan masalah memilih pasangan hidup. Kalimat ini pertama kali terlontar beberapa tahun yang lalu saat ada seorang pemuda yang tidak sesuku denganku, berniat serius ingin meminangku. Pada saat itu aku belum genap berumur 19 tahun. Lalu kuceritakanlah perihal si pemuda itu kepada bundaku. Nampak ada sedikit perubahan pada air muka bunda, lalu terlontarlah kalimat sakti tersebut. Di awal kalimat, aku menangkap bahwa bunda memberiku kebebasan untuk memilih calon,entah dari segi finansial, latar belakang keluarga, ataupun budaya. Namun ketika aku mendengar kalimat berikutnya, ada batasan nyata yang selanjutnya merupakan syarat utama bagiku dalam menentukan pilihan.

Akhirnya si pemuda mundur perlahan setelah aku jelaskan persoalannya. Pada saat itu ada perasaan sedih dan merasa bersalah kepada si pemuda. Namun sungguh aku tidak bisa mengabaikan pernyataan bunda waktu itu. Aku paham, kalau di dalam agamaku, aturan pemilihan pasangan sungguh tidak mencantumkan masalah kesukuan sebagai bahan pertimbangan. Disini aku hanya tidak ingin mengecewakan orang tuaku. Saat ini, aku memasukkan satu lagi syarat utama berdasarkan apa yang di deklarasikan oleh orang tuaku. Memang benar mereka tidak ada mengatakan "Wajib sesuku" namun perlu digaris bawahi bahwa, kata "nek iso" atau "kalau bisa" ala mereka adalah satu keinginan besar yang dengan segenap jiwa berusaha aku wujudkan. Memang benar bahwa kelak yang menjalani kehidupan rumah tangga adalah aku, bukan mereka. Tetapi aku tidak mau nekat membangkang dengan menentukan pilihan sesukaku.Karena bagiku, keinginan orang tuaku adalah cita-citaku, bahagia mereka adalah bahagiaku.

Mungkin kasus seperti ini bukan hanya aku yang mengalaminya. berbagai faktor menjadi alasan para orang tua untuk memasukkan kesukuan sebagai syarat . Kalau dilihat dari sudut pandang orang tuaku, mereka menjadikan perbedaan budaya sebagai faktor utama dalam ketidaknyamanan berumah tangga. Bunda pernah berkata, "nek podho wi luwih enak nduk, gag usah menyesuaikan lagi, gag perlu perdebatan dalam menenfukan ini itu." Ada benarnya juga sih, kalau sama memang jauh lebih mudah untuk menyesuaikan dan melanjutkan tradisi. Faktor kedua adalah lingkungan. Aku tinggal di Kalimantan Timur, di mana sebagian penduduk disini adalah pendatang. hal ini mengakibatkan adanya multicultural. Bunda dan bapak sering mendapati tetangga yang berbeda suku (maaf) aneh-aneh masalahnya. Mulai dari masalah tata krama, masalah sosial, dan lain sebagainya. Kebetulan saja mereka menyaksikan sisi- sisi yang tidak menyenangkan dari orang- orang yang tidak sesuku. Sebenarnya orang tuaku sangat bersahabat dengan semua orang. Hanya untuk masalah memilih menantu itu saja yang prinsipnya tidak bisa di ganggu gugat.

Aku pribadi adalah orang yang tidak memandang orang lain berdasarkan suku. Aku pernah beberapa kali (walau hanya di hati saja) merasakan ada getar rasa terhadap pemuda yang tidak sesuku denganku. Yah... masalah rasa, bukan kita yang bisa menentukan mau dimana, kapan dan dengan siapa hati kita merasakan getaran- getaran aneh di hati. Aku menikmati hadirnya rasa tersebut, bermain dengan gejolak hati. Menurutku "rasa" adalah anugrah yang sangat indah dari-Nya. Tapi aku sadar sepenuhnya bahwa dalam pernikahan, bukan hanya hati atau rasa yang di nikahkan.Ada dua keluarga yang akan berhubungan dan berdampingan. Ada hal lain yang harus di pertimbangkan. Jangan sampai sebuah pernikahan yang mengedepankan urusan rasa, bisa menjadi boomerang bagi kehidupan yang akan di jalani di masa yang akan datang.

Saat ini usiaku 21 tahun, masih menjalani semester akhir di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kalimantan. Aku sangat ingin menikah muda, tapi pengalaman yang lalu membuatku lebih berhati-hati dalam mengolah rasa dan menentukan pilihan. Saat ini lebih memilih sendiri karena memang belum saatnya untuk memilih "the one". Syarat selanjutnya, harus lulus dulu( mohon do'a ya ^^). Sangat ingin langsung dilamar saja nanti, tidak melalui proses pacaran hehee.. amiiinnnn....

Salam hangat...

Balikpapan-Samarinda, Pilih mana?

Sudah Hampir empat tahun saya tinggal di Samarinda( kota dimana saya menempuh pendidikan demi menjadi seorang pendidik) dan selama itu pula saya selalu merindukan dan ingin kembali secepatnya ke Balikpapan(kota kelahiran saya). Memang setiap kota memiliki ciri khas dan keunggulunnya masing masing. Tapi berdasarkan kacamata saya, jika Samarinda di bandingkan dengan Balikpapan, aduh.. sulit sekali untuk di sejajarkan, bahkan mendekatipun tidak. :P

Berikut adalah beberapa perbedaan mencolok antara Samarinda dan Balikpapan.

1. Kebersihan

Poin pertama ini adalah perbedaan yang paling menonjol saya temukan ketika pertama kali menginjakan kaki di Samarinda. Di Balikpapan, saya sulit sekali melihat sampah (entah bekas jajanan atau apa) di jalan besar maupun kecil. Di Balikpapan,tidak sulit menemukan tempat sampah seperti yang terjadi di Samarinda. Selain itu, orang- orang akan malu jika membuang sampah sembarangan, jalanan begitu bersih, sehingga mereka tidak tega untuk menambahkan "hiasan" baru di sana. Berbeda dengan di Samarinda, orang- orang tidak akan segan membuang "hiasan" di sana sini, karena mereka bukan yang pertama kali melakukannya. Kemudian, Di Balikpapan, petugas kebersihan mengangkut sampah sebelum pagi, sehingga ketika saya keluar untuk menikmati pagi, kesegaran udara akan saya rasakan. Setiap saat selalu ada petugas kebersihan di setiap sudut jalan, sehingga kalaupun ada warga yang kurang sadar akan kebersihan, maka pasukan orange akan dengan sigap mengatasinya. Tidak jarang saya melihat para pahlawan kebersihan ini bisa bersantai (mungkin karena tidak adanya sampah yang di buang warga nakal).


2. Kerapian

Jika di bandingkan dengan Balikpapan, Samarinda tentu saja lebih semrawut tata kotanya, lebih tidak teratur, sehingga kurang indah untuk dipandang. Sungguh sangat kontras pemandangannya.



3. Ketertiban Lalu Lintas

Di Samarinda, kesadaran warga akan pentingnya tertib lalu lintas masih kurang dirasakan. Banyak pengendara motor atau mobil yang masih suka ugal-ugalan, sehingga mengganggu kenyamanan berkendara pengguna jalan yang lain. Setiap saya menemani teman atau kerabat saya yang notabene berasal dari Balikpapan, menyusuri kota Samarinda, pasti sepanjang jalan yang saya dengar dari mereka adalah, "Samarindaaaaaa Samarindaaaa.... ckckckckckckckckk" begitu saja sambil menggeleng- gelengkan kepala. Haha.. lucu sekali, karena hampir semua berkomentar begitu. Wajar saja begitu, karena kami hampir tidak pernah menemukan ketidak tertiban yang parah seperti di Samarinda ini (bagaimana dengan kota besar lain ya?) hehehe.



Lalu lintas di Jembatan Mahakam Samarinda setiap harinya (sumber: google.com)
Itulah tiga perbedaan mencolok yang saya rasakan antara Balikpapan dan Samarinda. Tapi biar bagaimanapun rupanya Samarinda, suatu saat, jika saya telah kembali ke Balikpapan, pasti saya akan sangat merindukan kota ini, termasuk merindukan kesemrawutannya hehehe.

Sunday, January 15, 2012

hubungan cinta dengan skripsiku


triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggggggggggggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

alarm-ku berbunyi lg hari ini, u know what, it's kinda annoying here hehehe...
alarm itu adalah alarm yang mengingatkan aku untuk baikan ama skripsiku sayang. sudah hampir sebulan aq marahan ama skripsiku. gara2 ngejar2 dia seminggu penih, badanku berontak pake aksi mogok sehat. pada saat itu aku serius menyatakan cinta ama skripsiku, lha.... aku perjuangin seminggu penuh, aq rela bela2in mondar mandir perpus buat cari bahan, n yeah... deal,,aq berhasil ketemu orang tua skripsiku (read: mr advisor) dan beliau memberi lampu hijau untuk kami berdua. Tapi, perjuanganku tersebut harus terhenti sejenak, ada kerikil tajam yang menusukku seminggu kemudian, aku break dulu ama skripsi yang aku cintai tersebut, aku marah karena badanku sungguh ndak bs d ajak kompromi, masak mesti tunggu hampir sebulan ini baru aku d ijinin ngedate lagi ama skripsiku, well... aq udah curhat ke bunda, actually, bunda seneng banget aku jadian ama skripsi dan setuju sekali hubungan ini berlanjut ke tingkat yang lebih serius, tapi kemarin bunda menasihatiku untuk ndak terlalu terburu2 untuk menikah dengan sayangku itu. kata bunda, skripsiku pasti setia menanti sampai aku siap untung bersanding d pelaminan dengan busana pengantin "toga" yang sudah aku idam2kan. yeah.. bunda benar... aku memang ndak boleh terburu2 dalam hal ini. slow but sure... aku akan tetap menjalani hubungan cinta dengan skripsiku dengan perlahan, biar ndak marahan lagi gara2 drop mendadak. hehehhee... finally, I just wanna say, LOVE U MY THESIS!! tunggu aku yaa... aku pasti cantik dengan busana pengantin kita (read:toga) :*


#galauskripsian

letter to claire


"'What' and ‘if’ two words as nonthreatening as words come.
But put them together side-by-side,
and they have the power to haunt you,
for the rest of your life: ‘What if?'..."

"I don't know how your story ended.
But I know that if what you felt,
then was love - true love -
then it's never too late.
If it was true
then it why wouldn't it be true now?
You need only the courage to
follow your heart..."

"I don't know what a love like that feels like...
a love to leave loved ones for,
a love to cross oceans for...
but I'd like to believe,
if I ever felt it.
I'd have the courage to seize it.
I hope you had the courage to seize it, Claire.
And if you didn't, I hope one day that you will."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

this is a letter to claire that is written by sophie in film : Letters to Juliet, well... I like this quotation, kinda have a power inside hehe (agag lebay sbnernya) but, actually, I got melted when claire read it. have u ever watched the film? sebenernya ini bukan genre yg diriku gemari, bukan tentang action or comedy movie,but when I watched this film, well... I got melted by the words,indeed hehe... ceritanya tentang finding true love, menemukan cinta sejati, fhewwwwhhh.... in fact, sering merasa tersindir dgn dialog tokoh2nya, I just feel like a chicken in my real life (khusus kalo ngomongin masalah "rasa", haha... seorang arum sangat jauh dr perfect) then... I decide to share it to my dearest sisters n brothers, just wanna share it... pertanyaan selanjutnya adalah..

apakah kamu adalah seseorang yang akan memperjuangkan "rasa" mu sampai di titik akhir?

hehe... ndak perlu d jawab kalau ndak yakin atau malu2 kucing :P... just ask to your heart then^^

"what if"
_________________________
there is google translater that can be used, if u don'tunderstand the words are >.< kabuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrr

Monday, January 9, 2012

I just...


blank..
berarti kosong...
kosong berarti ndak ada apa2..
ndak ada apa2 berarti sepi...
sepi.. berarti seperti hatiku yang kini sangat merindukanmu..


ruwet...
berarti ndak teratur..
ndak teratur berarti kacau..
kacau berarti ndak jelas..
ndak jelas.. berarti absurd...
seperti hatiku kini yang absurd menentukan arahku denganmu


gelap..
gelap bearti ndak ada sinar..
ndak ada sinar berarti buta..
buta berarti tidak melihat..
tidak melihat berarti harus meraba..
seperti hatiku kini yang meraba hadirmu di hidupku..

the only thing that I know now is, I just definitely , deeply, madly, miss u so bad..
kita memang tidak tau apa yang akan terjadi kelak, kita memang tidak tau bagaimana meraba masa depan kita, tapi.. kita punya akal... punya nurani... untuk menentukan arah, kemana kita lanjutkan langkah kita, ^^ semangat buat semuanyaaaaaaaaaaa ^^

Tuesday, December 6, 2011

don't say the name! or I will kill u then haha


bisa ndak sih ndak nanyain skripsiku???!!!!!!

haha...

begini ya ternyata rasanya... sesek gmanaaa... gt hehe..
seminggu ini banyak banget yg pada nanya.. "udah ampe mana skripsinya?" hadeeehhh.... well, aq sungguh pengen cepet nyelesaikan skripsiku, but unfortunately I've to take my extra time to be graduated. dikerjain cepet-pun bakal ndak merubah apapun.. okhaayyy aq sudah semester 7, but don't u remember that I took a very long rest this year?then as the consequence... I've to repay it in next semester that I call it extra time. so please,,, can u guys just stop asking my thesis progress pliz.. it's really like voldemort now.don't ever try to say the name. it will kill u.

actually, I've started to write it, n still in progress. so lemme do my best in finishing my thesis. don not touch my thought in it. lemme be free in being me. just lemme do it, lemme face it. don't say the name. it will kill u, or maybe, I will kill u then hahahahhahaaa

Thursday, December 1, 2011

"stop" line


seeing you...

smiling at you...

talking to you..

feeling warm of you..

realize something bout you..

finding hidden part of you..

realize "something" bout you..

feeling cold of you..

try to less talking to you..

but keep smiling to you..

although..

It's so hard for seeing you....

*just like what I said last night, it's time to throw this feeling away. something felt so wrong, but u know as always that this your lil sista will always be fine, cz she must be fine, see.. Allah has a bigger plan for every single person in this world, including me, hehe... don't ever so much worry bout me, I can help n take care myself, as you always know that I'm more than just strong, one thing that I always know that everything's gonna be very ok then (n_n)

semangaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttttttttt

Search This Blog